Sabtu, 06 November 2010

teknik untuk mempengaruhi perilaku konsumen

Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen antara lain adalah :

A. Kelas Sosial
Mempunyai kedudukan seimbang dalam masyarakat. Flemming Hansen mengemukakan kategori kelompok social sebagai berikut :Kelas Puncak Atas. Orang-orang ningrat, mempunyai banyak harta warisan, mempuyai reputasi internasional.

* Kelas Puncak Bawah. Orang-orang kaya bukan ningrat, pemilik perusahaan, dokter dan ahli hukum yang kaya.

* Kelas Menengah Atas. Orang-rang yang sukses dalam profesinya, dokter, professor, pengusaha yang cukup besar.

* Kelas Menengah Bawah. Pekerja non manajerial, mempnyai usaha kecil-kecilan, mempunyai rumah yang sederhana.

* Kelas Bawah Atas. Orang-orang berpenghasilan relatif cukup untuk kehidupan sehari-harinya pada umumnya isteri ikut aktif menambah penghasilan. Misalnya pedagang atau pengusaha ekonomi lemah dan pegawai biasa.

* Kelas Bawah. Pekerja-pekerja kasar, hidup dengan penghasilan kurang.


Untuk memudahkan kita memahami kelas social tersebut dapat kita kategorikan sebagai berikut :

1. Kelas sosial golongan atas
2. Kelas sosial golongan menengah
3. Kelas sosial golongan bawah


Dalam hubungan dengan perilaku konsumen dapat dikarakteristikkan sebagai berikut :
Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli barang-barang yang mahal, cenderung untuk dijadikan warisan untuk keluarganya.
Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang untuk menampakkan kekayaannya dengan jumlah yang banyak dan kualitas cukup memadai, biasanya membeli barang yang mahal dengan sistem kredit.
Kelas sosial golongan bawah dengan lebih mementingkan kuantitas daripada kuantitasnya, memanfaatakan barang-barang yang diobral atau penjualn dengan harga promosi

B. Faktor Kelompok Anutan
Didefinisikan sebagai kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma dan perilaku konsumen. Misalnya perhimpunan artis, atlet, kelompok pemuda, kelompok mesjid dan organisasi lainnya.
Pengaruh kelompok anutan terhadap perilaku konsumen antara lain dalam menentukan merek dan produk yang mereka gunakan, oleh karena itu ada dua hal penting bagi ahli pemasaran yang harus diperhatikan sebagai berikut :

* Mengidentifikasikan pengaruh-pengaruh kelompok anutan terhadap penggunaan produk, merek yang sesuai dengan aspirasi kelompok anutan tersebut.
* Mengukur keluasan pengaruh kelompok anutan dalam proses pengambilan keputusan membeli.


C. Faktor Keluarga
Didefinsikan sebagai suatu unit masyarakat terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan untuk membeli. Dalam menganalisa perilaku konsumen keluarga dapat dipisahkan sebagai berikut :

* Siapa pengambil inisiatif, tetapi tidak melakukan proses pembelian
* Siapa pemberi pengaruh, siapa yang mempengaruhi keputusan membeli
* Siapa pengambil keputusan. Bagaimana cara membelinya dan dimana tempat membelinya
* Siapa yang melakukan proses pembelian
* Siapa yang akan memakai produk yang sudah dibeli

faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Menurut James F. Engel – Roger D. Blackwell – Paul W. Miniard dalam Saladin (2003 : 19) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :

1.
Pengaruh lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai dasar utama perilaku konsumen adalah memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka. Konsumen hidup dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut diatas.
2.
Perbedaan dan pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi. Perbedaan individu merupkan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan serta mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh perilaku konsumen dalam proses keputusannya.
3.
Proses psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam penambilan keputusan pembelian.

Posted by: teddykw | 1 March, 2008

berbagai fakta tentang perilaku berbelanja

Berbagai fakta tentang perilaku berbelanja
By Dika Permana

* Berbagai fakta tentang perilaku berbelanja contoh :



Tren Perilaku Belanja di Mall

Pusat pembelanjaan atau mal banyak bertaburan di kota-kota besar, terutama di Jakarta. Mal-mal baru terus bermunculan. Bagi konsumen atau penikmat jalan-jalan, tentu ini kabar menggembirakan. Mereka memiliki banyak pilihan. Namun, di sisi lain, terjadi persaingan antarmal memperebutkan pengunjung. Tak ayal, pengelola mal berkepentingan menarik pengunjung menjejali malnya.

Bagaimana perilaku para pengunjung di mal? Ini juga perlu diketahui. Dalam rangka itu, sebuah survei dilakukan dengan melibatkan 512 responden yang tinggal di berbagai perumahan di Jakarta dan sekitarnya. Pengambilan sampel memakai metode cluster. Survei dilakukan sebulan penuh pada Februari 2010 oleh Consumer Survey Indonesia (CSI).

Beberapa temuan menarik dapat dikemukakan di sini. Pertama, rata-rata frekuensi kunjungan orang ke mal adalah 6,5 hari sekali dengan variasi wanita tiap 6,1 hari sekali dan pria 7,1 hari sekali. Ini mengindikasikan wanita lebih doyan ke mal dan akhir pekan menjadi waktu yang pas untuk jalan-jalan. Temuan kedua mengenai durasi di dalam mal. Hasil riset menunjukkan rata-rata tiap orang menghabiskan 3,5 jam sekali kunjungan. Angka ini kalau dikonversikan ke satu tahun menghasilkan lama kunjungan 197 jam. Artinya, selama setahun orang mengisi hidupnya selama 197 jam di mal.

Uang yang diraup mall di Jakarta dari saku seorang pengunjung adalah Rp 10.921.000 per tahun

Temuan berikutnya yang menarik adalah uang yang dibelanjakan. Dalam sekali kunjungan, orang menghabiskan rata-rata Rp 194.500. Ini berarti uang yang diraup mal di Jakarta dari saku seorang pengunjung adalah Rp 10.921.000 per tahun. Kalau angka ini dikalikan dengan jumlah pengunjung mal, akan menghasilkan ukuran pasar yang fantastis. Jangan heran, di dalam mal terjadi perputaran uang yang demikian besar.

Pengelola mal sendiri selalu menampilkan keunikannya supaya menjadi daya tarik pengunjung. Demikian juga dengan keberadaan konter. Pengelola mal berkepentingan menempatkan konter-konter yang memiliki magnet atau jangkar penarik pengunjung (anchor). Urutan 10 besar konter yang berfungsi sebagai anchor dengan jawaban multiple response adalah pusat jajan atau foodcourt (60%), baju atau fashion (49%), supermarket (42%), toko buku (33%), bioskop (22%), resto atau café (20%), toserba atau department store (11%), aksesori (8%), arena bermain atau game (8%) dan musik (7%). Di konter-konter inilah perputaran uang yang besar terjadi.

Dari segi uang yang dibelanjakan, terdapat perbedaan mencolok dari segi usia. Mereka yang masih di usia sekolah menghabiskan Rp 160.000 sekali kunjungan. Kelompok usia yang paling berani membelanjakan uangnya adalah usia 36-40 tahun, yaitu sebesar Rp 337.000. Di atas usia 40 tahun, pengeluaran menurun di kisaran Rp 177.000.

Temuan berikutnya yang juga tak kalah menarik: pengunjung mal kebanyakan tidak sendirian. Selama berkunjung ke mal, orang paling banyak pergi bersama temannya (51%), lalu dengan keluarga (39%) dan terakhir sendirian (10%). Hasil ini mengukuhkan bahwa fungsi mal bukan lagi sekadar tempat membeli. Mal sudah menjelma sebagai tempat bergaya, mencari hiburan, bersantai dan bersosialisasi. Mal memang telah menjadi gaya hidup yang sulit dipisahkan dari kaum urban dan di sini pulalah peluang bisnis dapat dikail.



Fakta Perilaku Belanja di Mal di Jakarta Tahun 2010
No Deskripsi Fakta
1 Frekuensi kunjungan 6,5 hari sekali
2 Lama perkunjungan 3,5 jam
3 Uang yang dibelanjakan Rp 194.500/orang/kunjungan
4 Anchor foodcourt, fashion, supermarket, buku, bioskop, resto, department store, aksesori, game, musik



Hasil riset: Consumer Survey Indonesia, 2010

*Penulis adalah Eksekutif Riset Consumer Survey Indonesia, www.istijanto.com

MENGEMBANGKAN RISET PEMASARAN

MENGEMBANGKAN RISET PEMASARAN
Oleh Dika Permana

PROSES RISET PEMASARAN

Oleh tazmaniabenny

Proses riset pemasaran terdiri dari empat langkah : merumuskan masalah dan sasaran riset, mengembangkan rencana riset, mengimplementasikan rencana riset, dan menginterpretasikan serta melaporkan hasil temuan.

MERUMUSKAN MASALAH DAN SASARAN RISET

Manajer harus cukup mempunyai pengetahuan mengenai riset pemasaran untuk membantu perencanaan dan dalam menginterpretasikan hasil riset. Peneliti pemasaran berpengalaman yang memahami masalah manjer juga harus dilibatkan dalam tahap ini. Peneliti harus mampu membantu manajer merumuskan masalah dan memberi gambaran bagaimana riset dapat membantu manajer mengambil keputusan lebih baik.

Proyek riset pemasaran biasanya mempunyai satu dari tiga jenis sasaran. Sasaran riset penjajakan adalah untuk mengumpulkan informasi pendahuluan yang akan membantu merumuskan masalah dan saran hipotesis yang lebih baik. Sasaran riset deskriptif adalah untuk menguraikan masalah pemasaran, situasi pemasaran, atau pasar seperti potensi pasar untuk suatau produk atau demografi dan sikap konsumen. Sasaran riset sebab-akibat adalah untuk menguji hipotesis mengenai hubungan sebab dan akibat.

MENGEMBANGKAN RENCANA RISET

Langkah kedua dari proses riset pemasaran menuntut penetapan informasi yang diperlukan, mengembangkan rencana untuk mengumpulkan secara efisien, dan menyajikan rencana itu kepada manajemen pemasaran. Rencana mengembangkan sumber data yang sudah ada dan menyatakan pendekatan riset spesifik, metode kontak, rencana mengambil sampel dan instrumen yang akan dipergunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data baru.

Mengumpulkan Informasi Sekunder

Untuk memenuhi kebutuhan informasi para manajer, peneliti dapat mengumpulkan data sekunder, data primer, atau keduanya. Data sekunder terdiri dari informasi yang sudah ada di suatu tempat, yang telah dikumpulkan untuk tujuan lain. Data primer terdiri dari informasi yang dikumpulkan untuk tujuan khusus yang telah ditentukan.

Merencanakan Pengumpulan Data Primer

Keputusan yang baik memerlukan data yang baik. Sama seperti para peneliti harus mengevaluasi secara hati-hati mutu informasi sekunder, mereka juga harus berhati-hati ketika mengumpulkan data primer untuk memastikan bahwa informasi itu relevan, akurat, mutakhir, dan tidak bias.

Bahwa merancang rencana pengumpulan data primer memerlukan sejumlah keputusan menyangkut pendekatan riset, metode kontak, rencana pengambilan sampel dan instrumen riset.

Riset pengamatan adalah pengumpulan data primer dengan mengamati orang, tindakan, dan situasi yang relevan. Metode kontak adalah informasi dapat dikumpulkan lewat surat, telepon, atau wawancara tatap muka.

Rencana pengambilan sampel. Peneliti pemasaran biasanya mengambil kesimpulan mengenai kelompok konsumen (jumlahnya banyak) dengan memepelajari sampel dari populasi seluruh konsumen (jumlahnya sedikit).

Suatu sampel adalah segmen dari populasio terpilih untuk mewakili populasi secara keseluruhan.Instrumen penelitian. Untuk mengumpulkan data primer, peneliti pemasaran mempunyai dua instrumen riset utama-kuesioner dan peralatan mekanik.

Menyajikan rencana riset

Pada tahap ini, peneliti pemasaran harus meringkaskan rencana dalam sebuah proposal tertulis. Proposal harus mencakup masalah manajemen yang dituju dan sasaran riset, informasi yang harus diperoleh, sumber informasi sekunder atau metode untuk mengumpulkan data primer, dan caranya hasil akan membantu pengambilan keputusan manajemen. Rencana atau proposal riset tertulis memastikan bahwa manajer pemasran dan peneliti mempertimbangkan semua aspek penting dari riset, serta bahwa mereka sepakat tentang mengapa dan bagaimana riset akan dilakukan.

MENGIMPLEMENTASIKAN RENCANA RISET

Peneliti kemudian mengimplementasikan rencana pemasaran. Termasuk disini, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis informasi. Peneliti harus mengawasi pekerjaan lapangan dengan ketat untuk memastikan bahwa rencana diimplementasikan dengan benar dan untuk menghindari masalah dengan kontak responden, denganresponden yang menolak bekerja sama atau yang memeberikan jawaban bias atau tidak jujur, serta dengan pewawancara yang melakukan kesalahan atau mengambil jalan pintas.

Peneliti harus mengolah dan menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengisolasikan informasi dan hasil temuan penting. Mereka harus memeriksa data dari kuesioner untuk akurasi dan kelengkapan serta memberi kode untuk analisis komputer. Peneliti kemudian melakukan tabulasi hasil dan menghitung rata-rata serta mengukur statistik yang lain.

MENGINTERPRETASIKAN SERTA MELAPORKAN HASIL TEMUAN

Kemudian peneliti harus menginterpretasikan hasil temuan, menarik kesimpulan dan melaporkannya kepada manajemen. Peneliti tidak boleh mencoba untuk menimbun manajer dengan angka dan teknik statistik yang canggih. Sebaliknya, peneliti harus menyajikan hasil temuan penting yang bermanfaat untuk mengambil keputusan penting yang dihadapi oleh manajemen.

Interpretasi merupakan tahap yang penting dalam proses pemasaran. Riset yerbaik tiddak berarti apa-apa bila manajer menerima begitu saja interpretasi salah dari peneliti. Jadi, manajer dan peneliti harus erat bekerja sama ketika membuat interpretasi hasil riset dan keduanya harus sama-sama bertanggungjawab atas proses riset dan keputusan hasil.



Tulisan ini dikirim pada pada Oktober 19, 2010 7:02 am dan di isikan dibawah Uncategorized. Anda dapat meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. r Anda dapat merespon, or trackback dari website anda.