Senin, 01 Agustus 2011

kerangka karangan

tugas softskill bahasa Indonesia
TO: 1 recipient
Show Details
Message body

KERANGKA KARANGAN



Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.



1. Manfaat Kerangka Karangan:

a. Untuk menjamin penulisan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah.

b. Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

c. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

d. Menghindari penggarapan topik dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dari satu kali hanya membuang waktu, tenaga, dan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi.

e. Memudahkan penulis mencari materi pembantu. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu.



Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah siap, ia dapat menyusutkan kembali kepada kerangka karangan yang hakekatnya sama dengan apa yang telah dibuat penggarapnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu. Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianalisis, dan dipertimbangkan secara menyelurih, bukan secara terlepas-lepas.



2. Pola Susunan Kerangka Karangan

a. Pola Alamiah Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu berdasarkan urutan ruang, urutan waktu, dan urutan topik yang ada.

b. Pola Logis Pola logis berdasar urutan:

1) klimaks – anti klimaks

2) umum – khusus

3) sebab – akibat

4) proses

5) dan lain-lain.



3. Macam-macam Kerangka Karangan

a. Berdasar Sifat Rinciannya:

1) Kerangka Karangan Sementara / Non-formal:

cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:

a) topiknya tidak kompleks

b) akan segera digarap

2) Kerangka Karangan Formal:

terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:

a) topiknya sangat kompleks

b) topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap

Cara kerjanya:

Rumuskan tema berupa tesis , kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.



b. Berdasar perumusan teksnya

1) Kerangka Kalimat

2) Kerangka Topik

3) Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik

4. Syarat Kerangka Karangan yang baik



a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.

Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Lalu buatlah tesi atau pengungkapan masksud.

b. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.

Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersbut harus dirinci.

c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas.

d. Harus menggunakan simbol yang konsisten.

Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan. kali ini kita coba tinjau terlebih dahulu langkah-langkah menyusun karangan satu per satu.



1. Menentukan tema dan judul

Sebelum anda mau melangkah, yang pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan? lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.

Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema. namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya :

a. jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.

b. Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan.

c. Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh

Kadang memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat diatas. Contohnya ketika lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya bisa memakainya.

Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. salah satu caranya dengan menentukan judul karangan. judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.



JUDUL

- Ada dua cara pembatasan topik ? judul karangan

- masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan.

- Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik.

- Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.

- Judul tidak harus sama dengan topik.

- Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas.

- Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.

- Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan temanya.

- Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu.

- Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah laporan eksposisi, contohnya :

“Suatu Penelitian tentang Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai”.

Syarat judul yang baik

- harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.

- judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.

- harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang.

- tidak provokatif.

Judul karangan sedapat-dapatnya :

A. singkat dan padat,

B. menarik perhatian, serta

C. menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.



Contoh : Upaya menurunkan risiko bahaya letusan gunung Penanggulangan krisis air di Jakarta







Tujuan perlu dirumuskan dengan gamblang agar jelas apa yang akan dicapai oleh tulisan ini.

Tujuan dapat diungkapkan dengan kata operasional :

- Menanggulangi

- Mengurangi

- Menemukan

- Meningkatkan

- Mengoptimalkan

- Mengevaluasi

- Mengendalikan



Tambahan :

- Banyak orang beranggapan bahwa topik = judul.

- Topik merupakan pokok yang akan diperikan atau masalah yang akan dikemukakan.

- Judul adalah nama karya tersebut.

- Tema lebih luas lingkupnya dan biasanya lebih abstrak; tema dapat dibagi-bagi menjadi beberapa topik. Dari topik dapat muncul judul-judul.

- Walaupun topik yang dipilih sama, tetapi makksudnya berlainan, maka tema yang dihasilkan juga lain. Selanjutnya penggarapan dan materi-materi yang dipilih pun berbeda.

- Setelah topik ditetapkan, maksud topik diuraikan langkah selanjutnya membuat sebuah rumusan tentang masalah dan tujuan yang akan dicapai. Perumusan itu tidak lain adalah tema karangan. Tema karangan itu berbentuk satu kalimat, satu alinea.



2. Mengumpulkan bahan

Sudah punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan. perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.

Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. banyak cara memngumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing-masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.



3. menyeleksi bahan

Sudah ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya :

1. catat hal penting semampunya.

2. jadikan membaca sebagai kebutuhan.

3. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.



4. Membuat kerangka

bekal ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? perlu kita susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.

kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.

berikut fungsi kerangka karangan :

a. memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis

b. memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan

c. membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting

tahapan dalam menyusun kerangka karangan :

a. mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul)

b. mengatur urutan gagasan.

c. memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab

d. membuat kerangka yang terperinci dan lengkap

kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis. soalnya bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir)



5. mengembangkan kerangka karangan

proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. terbukti pula kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah.



3. JENIS -JENIS KARANGAN:
Deskripsi
Narasi
Eksposisi
Argumentasi
Persuasi

1. DESKRIPSI: Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Contoh deskripsi berisi fakta:
Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.

Contoh deskripsi berupa fiksi:
Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya:
Keindahan Bukit Kintamani
Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional
Keadaan ruang praktik
Keadaan daerah yang dilanda bencana

Langkah menyusun deskripsi:
Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
Tentukan tujuan
Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan
Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan
Kembangkan kerangka menjadi deskripsi

2. NARASI: Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.

Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang

Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.


Langkah menyusun narasi (fiksi):
Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide.
Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.

3. EKSPOSISI: Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.

Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan.
Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.

Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain:
Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
Peranan majalah dinding di sekolah
Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Catatan: Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Contoh paparan proses:
Cara mencangkok tanaman:
1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kira-kira 1,5 sampai 2 cm.
3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.

Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/ tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

4. ARGUMENTASI: Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.

Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya:
Disiplin kunci sukses berwirausaha
Teknologi komunikasi harus segera dikuasai
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial

Langkah menyusun argumentasi:
Menentukan topik/ tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

5. PERSUASI: Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Contoh persuasi:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.

Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya:
Katakan tidak pada NARKOBA
Hemat energi demi generasi mendatang
Hutan sahabat kita
Hidup sehat tanpa rokok
Membaca memperluas cakrawala

Langkah menyusun persuasi:
Menentukan topik/ tema
Merumuskan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan
Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi

sumber: http://azizturn.wordpress.com/2009/11/21/kerangka-karangan/

http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/membuat-kerangka-karangan/

http://muslich-m.blogspot.com/2007/08/jenis-karangan-dan-langkah-langkah.html



Nama: Dika Permana

NPM: 10208379

Kelas: 3EA06

artikel

tugas softskill bahasa indonesia
TO: 1 recipient
Show Details
Message body

Meresensi Naskah (artikel)



1. Data Publikasi

a. Judul : Jangan Remehkan Gangguan Penglihatan Pada Anak

b. Penulis Resensi : Hasan

c. Pengarang Artikel : Vera Farah Bararah / (sumber:detikhealth.com)

d. Penerbit : Tabloid Gaul

e. No / Tanggal terbit : Edisi 55. Tahun XI . 16-22 April 2011

f. No halaman : Halaman ke-11

g. Tema : Kesehatan



2. Ringkasan

Gangguan mata tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, anak-anak kecil banyak yang sudah mengalami gangguan mata. Kondisi ini sebaiknya jangan diabaikan dan butuh penanganan. Mayoritas anak-anak kecil memiliki masalah pada salah satu matanya, meskipun ada juga yang terjadi pada kedua mata. Penyebab paling umum adalah astigmatisme (silindris), rabun jauh, amblyopia atau mata malas (lazy eye). Sistem penglihatan anak masih tumbuh dan berkembang terutama selama 5 sampai 6 tahun pertama. Sehingga disarankan orangtua memberi perhatian khusus dari kebiasaan si kecil yang bisa membuat matanya rabun, serta melakukan pemeriksaan mata secara teratur pada anak.



3. Keunggulan

Artikel mengandung unsur kesehatan yang sangat berguna bagi pembaca.
Pengarang menulis artikel dengan gaya bahasa yang enak dibaca oleh remaja, jadi memberi kesan menarik untuk dibaca.
Judul artikel membuat pembaca mempunyai keingintahuan yang besar terhadap artikel jadi memberi rasa penasaran untuk dibaca.
Kreasi antara tulisan, warna dan gambar sangat kreatif sehingga menarik untuk dilihat.
Dengan membaca artikel ini membuat Pembaca jadi tahu tentang yang tidak diketahuinya selama ini.



4. Kelemahan

· Pengarang menulis dengan bahasa tidak baku sehingga lebih besar tertuju untuk remaja, pembaca yang sudah berusia tergolong tua memiliki kesusahan untuk membaca artikel.



5. Pendapat akhir / salam

Artikel ini bagus karena menggugah rasa keingintahuan yang besar sehingga pembaca dapat mengetahui masalah gangguan penglihatan pada anak-anak dan dapat mencegahnya.



Nama: Dika Permana

NPM: 10208379

Kelas: 3EA06

penulisan kutipan

tugas softskill nahasa indonesia
TO: 1 recipient
Show Details
Message body

Penulisan Kutipan



Penulisan kutipan merupakan salah satu yang harus kita pahami ketika hendak menulis sebuah karya tulis ilmiah. Penulisan kutipan bertujuan untuk menjelaskan apakah baris-baris kalimat yang ditulis murni pemikiran kita atau hanya mengambil pendapat atau pemikiran orang lain.



Kutipan terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Kutipan Langsung ( DIRECT QUOTATION)
2. Kutipan Tidak Langsung (INDIRECT QUOTATION)

1. Kutipan Langsung
Adalah kutipan yang sama persis dengan kata-kata aslinya.
Fungsi Kutipan Langsung, Untuk mengutip:

Rumus-rumus.
Peraturan-peraturan hukum, perintah-perintah, anggaran dasar, anggaran dasar rumah tangga dan sebagian program kerja.
Peribahasa, sanjak dan karya drama.
Landasan pikiran.
Beberapa statemen ilmiah.

Kutipan langsung dibagi 2 yaitu:

Kutipan langsung panjang.
Kutipan langsung pendek.


Kutipan Langsung Panjang

lebih dari 3 baris, tetapi tidak melebihi ½-1 halaman
Bila >1 halaman masukkan dalam lampiran
tidak ditulis di antara tanda petik
tidak dijalin dalam teks
ada tempat tersendiri dalam alinea baru
diketik dengan jarak baris satu spasi
pada garis tepi baru dengan jarak 4 ketukan dengan indensisasi 7 ketukan dari garis tepi atau 3 ketukan dari garis tepi baru
harus memakai superskrip footnote
pada footnote harus disebutkan sumber kutipan

Contoh kutipan langsung panjang:
Pada awalnya orang mengenal logam sebagai barang perhiasan misalnya: emas, yang konon di da-patkan di alam sebagai emas murni, logam sebagai alat berburu atau sebagai senjata.

Kuipan Langsung Pendek

tidak melibihi 3 baris ketukan
dijalin dalam teks
diberi tanda kutip atau tanda petik di antara bahan yang dikutip
bila terpaksa > 3 baris, sebaiknya digunakan paraphrase

Contoh kutipan langsung pendek:

Mineral gangue adalah bagian dari asosiasi mineral yang membentuk batuan dan bukan mineral bijih di dalam suatu jebakan.

Park dan Diarmid (1964) berpendapat bahwa cairan hidrotermal tidak harus berasal dari larutan magma, kalau demikian istilah hidrotermal bukan berarti genetik.




2. Kutipan tidak langsung
Adalah kutipan yang tidak sama dengan kata-kata aslinya , disebut juga Paraphrase yaitu adalah petikan pokok-pokok pikiran/ringkasan kesimpulan yang disusun menurut jalan pikiran dan bahasa pengutip.

Paraphrase: tidak ditulis di antara tanda petik (”…..”)
tetapi langsung dijalin dalam suatu kalimat/alinea

Contoh paraphrase:
Bukan watak seorang sarjana untuk mengumpulkan data yang semata-mata dapat mendukung kebijaksanaan penguasa.

Kutipan tidak langsung dibagi 2 yaitu :

Paraphrase panjang.
Paraphrase pendek

Paraphrase panjang

Dibuat sependek mungkin, biasanya > 1 alinea.
Bila > 2 alinea sulit diidentifikasi, apakah dua-duanya alinea paraphrase atau bukan.

Paraphrase pendek

Terdiri dari 1 alinea atau kurang
Yang baik dalam 1 alinea hanya berasal satu sumber (bisa dibuat alinea pendek-pendek)
Bila yang dikutip 2 sumber atau lebih, tetapi sangat mirip, bisa di-paraphrased dalam 1 alinea dan sebutkan footnote saja.

Contoh Paraphrase pendek
Di dunia ini tidak ada sesuatu yang mutlak kecuali ketidakmutlakan itu sendiri. Emory dan Russel pun berpendapat bahwa bahkan dalam ilmu pengetahuan alam tiada sesuatu yang bersifat mutlak….
—————————–
3 W.C. Emory, History of Mathematics (Atlanta: The Eastern Press, 1946), p.261; dan Thomas Russell, The Phylosophy of Science (London: Evan Roberts ans Sons, 1949), pp.126-129.
—————————–
Untuk menonjolkan pendapat yang kontras, penulis dapat menjajarkan 2 pendapat atau lebih dalam 1 alinea, tetapi dengan footnote yang terpisah.
Jehoda berpendapat bahwa practice effects akan mengangkat korelasi4 Sutrisno Hadi tidak sependapat dengan Jehoda. Jika perubahan skor terjadi secara teratur karena practice effects maka korelasinya tidak akan berubah, sedang jika perubahan skor terjadi dengan tidak teratur maka korelasinya akan menurun 5.
——————————

4 M. Jehoda, M.Deutsch, and S.W.Cock, Research Methods in Social Relations (New York: The Dryden Press, 1958), pp.1101-1102.

5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Jogjakarta: Yayasan Penerbitan FIP-IKIP, 1968), p.139.



Nama: Dika Permana

NPM: 10208379

Kelas: 3EA06

kerangka karangan

tugas softskill bahasa indonesia
TO: 1 recipient
Show Details
Message body





1. Data Publikasi

a. Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR RUPIAH

b. Penulis : Tri Wibowo & Hidayat Amir

c. No halaman : 1-27

d. Tema : Karya Ilmiah





KATA PENGANTAR





Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR RUPIAH”.

Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia di Universitas Gunadarma Fakultas Manajemen.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.



Depok, April 2011



Penulis











Ringkasan Karya Ilmiah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR RUPIAH





BAB I

PENDAHULUAN

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, hubungan ekonomi antarnegara akan menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang maupun uang serta modal antarnegara. Terjadinya perubahan indikator makro di negara lain, secara tidak langsung akan berdampak pada indikator suatu negara.

Dengan diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh mekanisme pasar. Sejak masa itu naik turunnya nilai tukar (fluktuasi) ditentukan oleh kekuatan pasar.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US$ pasca diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang terus mengalami kemerosotan. Pada bulan Agustus 1997 nilai tukar rupiah terhadap US$ sebesar Rp3.035/US$, terus mengalami tekanan sehingga pada Desember 1997 nilai tukar rupiah terhadap US$ tercatat sebesar Rp4.650/US$. Memasuki tahun 1998, nilai tukar rupiah melemah menjadi sebesar Rp10.375/US$, bahkan pada bulan Juni 1998 nilai tukar rupiah sempat menembus level Rp14.900/US$ yang merupakan nilai tukar terlemah sepanjang sejarah nilai tukar rupiah terhadap US$. Nilai tukar rupiah terhadap US$ tahun 1999 melakukan recovery menjadi sebesar Rp7.810/US$, tahun 2000 kembali melemah sebesar Rp8.530/US$, tahun 2001 melemah lagi menjadi Rp10.265/US$, tahun 2002 kembali menguat menjadi Rp9.260/US$, tahun 2003 menguat menjadi Rp8.570/US$ dan pada tahun 2004 sebesar Rp8.985/US$.

Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia yang sempat menembus level US$70/barrel memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta asing sebagai konsekuensi negara pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap US$ dan berada kisaran Rp9.200 sampai Rp10.200 per US$.

Nilai tukar rupiah merupakan satu indikator ekonomi makro yang terkait dengan besaran APBN. Asumsi nilai tukar rupiah berhubungan dengan banyaknya transaksi dalam APBN yang terkait dengan mata uang asing, seperti penerimaan pinjaman dan pembayaran utang luar negeri, penerimaan minyak dan pemberian subsidi BBM. Dengan demikian, variabel asumsi dasar





ekonomi makro tersebut sangat menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran negara, termasuk dana perimbangan, serta besarnya pembiayaan anggaran.

Pada tahun 2004, asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN ditetapkan sebesar Rp8.600 per US$. Dalam realisasinya, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap US$ selama tahun 2004 adalah sebesar Rp8.930, atau mengalami penyimpangan sebesar 3,5 persen (under-estimated). Demikian pula pada tahun 2005, dalam APBN-P asumsi nilai tukar rupiah ditetapkan sebesar Rp9.300 per US$, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap US$ sampai dengan Oktober 2005 sebesar Rp9.590 per US$, atau menyimpang sebesar 3 persen (Tabel 1).

Penetapan asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN yang ternyata lebih rendah sekitar 3 persen dari realisasi, adalah merupakan sesuatu yang wajar. Hal ini mengingat asumsi nilai tukar yang ditetapkan dalam APBN dapat pula berfungsi sebagai “anchor” nilai tukar sehingga dapat meredam ekspektasi masyarakat yang berlebihan. Tetapi disisi lain, apabila asumsi tersebut jauh dari realita yang diekspektasikan pasar, maka pasar akan menolak, sehingga asumsi tersebut tidak dipercaya lagi. Dari kondisi ini, diperlukan kehati-hatian dalam menentukan asumsi nilai tukar sehingga dari kedua sisi, baik pemerintah maupun pelaku pasar dapat sama-sama terwakili.

Mengingat pentingnya nilai tukar rupiah sebagai indikator ekonomi makro dalam APBN, model prakiraan nilai tukar yang tepat sangat diperlukan untuk memprakirakan nilai tukar realistis terutama sebagai masukan dalam penyusunan RAPBN.



1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang terjadi dengan keadaan nilai tukar rupiah ?

2. Apakah yang menyebabkan rendahnya nilai tukar rupiah ?



1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui dan memberikan gambaran keadaan nilai tukar rupiah di Indonesia

2. Untuk mengidentifikasi variabel yang terkait dengan nilai tukar rupiah dan menyusun model nilai tukar rupiah yang terbaik.

















BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Nilai Tukar (Kurs)



2.1.1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency in items of another currency.



Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.



Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).



2.1.2. Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi

seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara,

ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral.



2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan

devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara

penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya.



3. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita

politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau

turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita

sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.



2.1.3. Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang

berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan

oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter.

Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs

mengambang, yaitu :

a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan

sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah.

Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini

cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya

untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.

b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) dimana

otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat

tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena

otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi

pergerakan kurs.



2. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara

mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau

sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner

dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata

uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi

sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi

hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang

menjadi tambatannya.



3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu

negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik

dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu

tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur

penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs

tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan

terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan

tajam.



4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama

negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan

sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan

stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam

sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam

“keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai

perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang

berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang

mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang

berbeda dengan bobot yang berbeda.



5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu negara

mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini

dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak

terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan

berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.



2.1.4. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:



1. Sistem kurs tetap (1970- 1978)

Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai

tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan

nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.



2. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997)

Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs

bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.



3. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang)

Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga

dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.





2.2 Teori Permintaan dan Penawaran



Di pasar terdapat dua kekuatan utama yang saling berinteraksi, yaitu permintaan dan

penawaran, sehingga terbentuk keseimbangan yang dicerminkan pada level harga dan kuantitas

dan Kinerja Perekonomian Indonesia

dimana kurva permintaan dan penawaran bertemu. Hukum penawaran menghubungkan

berbagai titik kombinasi antara jumlah barang (atau jasa) dan tingkat harga yang ditawarkan.



Semakin tinggi harga, akan semakin tinggi kuantitas yang ditawarkan - atau sebaliknya jika

harga turun - dengan asumsi ceteris paribus, sehingga terdapat hubungan yang positif antara

harga dan penawaran.

Dalam konteks pasar valas, komoditi yang diperdagangkan adalah valuta asing dan

harganya adalah nilai tukar. Untuk pasar US dollar di Indonesia, harga dari US dollar adalah

nilai tukar rupiah per US dollar, misalnya dengan kuotasi Rp9.000/USD; apabila kuotasinya

meningkat berarti harga USD1 yang dibeli dengan mata uang rupiah menjadi lebih mahal.



Kondisi ini disebut rupiah terdepresiasi (nilai rupiah menurun) atau US dollar terapresiasi.

Sebaliknya, apabila kuotasinya menurun maka terjadi apresiasi rupiah (depresiasi US dollar).

Sebagaimana di pasar lainnya, excess demand terhadap US dollar mengakibatkan harganya

naik (rupiah terdepresiasi), dan sebaliknya, excess supply menjadikan harga US dollar jatuh

(rupiah terapresiasi). Model nilai tukar dengan pendekatan microstructure menggunakan prinsip

yang sama, yaitu mengukur pengaruh 'excess demand' - menggunakan data order flow -

terhadap pergerakan nilai tukar.



Order flow adalah perintah atau permintaan untuk melakukan transaksi valas dari satu

pihak kepada dealer valas yang dalam hal ini berfungsi sebagai market maker atau pasar. Oleh

karena berfungsi sebagai market maker, dealer dapat menerima order jual atau pun order beli.

Dalam konsep order flows, order jual dan beli valas dibedakan dengan memberikan sign positif

(+) untuk order beli valas (dealer menjual valas kepada pihak pemberi order) dan sign negatif

(-) untuk order jual valas. Akumulasi order flow tersebut secara empirik dibuktikan oleh Evan

dan Lyons (2005) mempengaruhi nilai tukar.





Penjelasan utama terhadap explanatory power tersebut adalah order mengandung

berbagai informasi yang berpotensial mempengaruhi nilai tukar. Sebelum memberikan order,

pemberi order telah memperoleh informasi, termasuk informasi fundamental makroekonomi

(Rime, 2007), dari berbagai sumber, dan mengolah (menganalisis) informasi tersebut yang

pada akhirnya menciptakan ekspektasi nilai tukar ke depan. Berdasarkan ekspektasi tersebut,

pemberi order menyampaikan order transaksi valas dengan tujuan memperoleh keuntungan.

Oleh karena order datang dari berbagai kalangan yang memiliki informasi yang sangat bervariasi,

akumulasi order flow merupakan sintesa dari berbagai informasi, sehingga dapat menjelaskan

arah pergerakan nilai tukar.



Pemberian tanda untuk membedakan arah transaksi valas tersebut menjadikan order flow sering disebut sebagai varian 'excess demand'. Berdasarkan hal ini diketahui hubungan

antara order flow dan nilai tukar, yaitu semakin tinggi order flow (excess demand) akan semakin

memberikan tekanan depresiatif terhadap nilai tukar. Bentuk umum persamaan order flow

adalah sebagai berikut:



ΔPt = f(X, I, Z) + ε

t

dimana ΔPt adalah perubahan nilai tukar, X adalah order flow, I adalah cadangan valas yang

dimiliki market maker, dan Z adalah indikator mikro lainnya.

Kajian dengan pendekatan permintaan dan penawaran juga pernah dilakukan di Bank

Indonesia oleh Husman (2005). Penelitian ini menggunakan model komposit (hybrid) yang

memadukan permintaan dan penawaran valas dengan variabel fundamental ekonomi untuk

menjelaskan pergerakan nilai tukar rupiah. Persamaan model nilai tukar komposit dimaksud

adalah sebagai berikut:



st = α0 + (pt - p*t) + α1(it - i*t) + α2sdvt + α3tott + α4poil + ut



dimana st adalah nilai tukar rupiah, pt - p*t adalah price differential, it - i*t adalah interest

rate differential, sdvt adalah rasio penawaran dan permintaan valas luar negeri, tott adalah term

of trade dan poil adalah harga minyak dunia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

permintaan dan penawaran berpengaruh signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah.





2.3 Nilai Tukar, Inflasi dan Jalur Transmisi Kebijakan Moneter

Pergerakan nilai tukar sebagaimana disinggung pada latar belakang berpengaruh luas

terhadap perekonomian, termasuk harga. Nilai tukar dalam mempengaruhi harga dapat melalui

berbagai jalur transmisi:

• Direct passthrough

• Indirect passthrough

• Inflation expectation



Dalam direct passthrough, perubahan nilai tukar mempengaruhi harga impor barang

(dalam mata uang domestik) yang tercermin pada indeks harga impor. Permasalahan utama

yang terkait isu passthrough effect adalah pengaruh depresiasi nilai tukar yang secara langsung

meningkatkan beban biaya impor yang harus ditanggung importir sehingga menyebabkan

kenaikan harga impor. Selanjutnya, importir atau pedagang eceran yang menjual barang impor

ke konsumen memiliki alternatif untuk menanggung sendiri beban kenaikan biaya tersebut

atau membebankannya ke konsumen dalam bentuk kenaikan harga konsumen. Dalam hal

importir ingin mempertahankan keuntungannya, maka beban depresiasi rupiah akan dibebankan

kepada konsumen sehingga harga konsumen meningkat. Namun, seandainya importir bersedia

menanggungnya - untuk alasan mempertahankan pangsa pasar - maka dampak depresiasi

rupiah akan minimal pada harga konsumen.



Dampak perubahan nilai tukar melalui indirect passthrough adalah melalui shifting orientasi

pemasaran dari pasar domestik menjadi pasar internasional. Depresiasi menjadikan harga barang

ekspor menjadi lebih murah sehingga mendorong ekspor. Bagi produsen di dalam negeri, hal

ini merupakan potensi keuntungan yang lebih besar sehingga akan lebih menguntungkan jika

barang yang diproduksinya dijual ke luar negeri dibandingkan dijual di dalam negeri. Akibat

perubahan investasi pasar tersebut, harga barang tersebut di dalam negeri menjadi lebih mahal

(inflasi). Sementara itu, jalur ekspektasi menjelaskan bahwa depresiasi nilai tukar akan

menyebabkan harga di masa yang akan datang cenderung meningkat. Ekspektasi ini

direalisasikan oleh produsen dan retailer untuk melakukan tindakan antisipatif penyesuaian

harga (menaikkan harga). Akibatnya, inflasi cenderung meningkat.





2.4 Determinan Kinerja Ekspor dan Impor

Ekspor dan impor merupakan implementasi dari sistem perekonomian terbuka dimana

suatu negara melakukan perdagangan dengan negara-negara lain. Dinamika ekspor dan impor

akan mempengaruhi neraca pembayaran dan juga output perekonomian secara keseluruhan.

Nilai tukar terkait erat baik dengan ekspor maupun impor dimana pergerakan nilai tukar

mempengaruhi daya saing (competitiveness) produk ekspor (dalam hal harga relatif).

Depresiasinilai tukar suatu negara terhadap mata uang negara lainnya menjadikan daya saing produk ekspor negara tersebut meningkat, sehingga ekspor meningkat. Di saat yang sama, impor

menjadi lebih mahal bagi negara tersebut, sehingga impor cenderung menurun. Kombinasi

peningkatan ekspor dan penurunan impor memperbaiki kondisi neraca pembayaran, dan lebih

jauh lagi akan meningkatkan pendapatan. Dampak sebaliknya terjadi jika nilai tukar terapresiasi,

yaitu kinerja neraca pembayaran dan pendapatan nasional memburuk.

Selain nilai tukar, ekspor dan impor juga dipengaruhi oleh terms of trade, sisi pasokan

barang ekspor dan sisi permintaan (ekspor dan impor). Terms of trade yang membaik akan

berdampak positif terhadap ekspor, namun berdampak negatif terhadap impor. Bagi negara

pengekspor, ketersediaan pasokan barang dapat tercermin pada produksinya. Di sisi permintaan

permintaan barang dicerminkan oleh pendapatan.

Dengan demikian, persamaan ekspor dan impor dapat diekspresikan sebagai berikut:

X = f(e, TOT, IP*)

M = f(e, TOT, Y)

dimana X adalah ekspor, M adalah impor, e adalah nilai tukar, TOT adalah terms of trade,

IP* adalah industrial production index, negara mitra dagang yang merepresentasikan

pendapatan.

Selanjutnya, ekspor dan impor mempengaruhi pendapatan nasional sebagaimana

ditunjukkan oleh persamaan identitas domestic output dalam sistem perekonomian terbuka:

Y = C + I + G + (X - M)

dimana Y adalah PDB, C adalah konsumsi, I adalah investasi, G adalah pengeluaran

pemerintah, dan X - M adalah net ekspor (Ekspor - Impor).













BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Variabel moneter yang mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika adalah selisih pendapatan riil Indonesia dan Amerika, selisih inflasi Indonesia dan Amerika, selisih tingkat suku bunga Indonesia dan Amerika, serta nilai tukar rupiah terhadap US$ satu bulan sebelumnya (lag -1). Selisih jumlah uang beredar (M1) Indonesia dan Amerika belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah.

2. Elastisitas masing-masing variabel bebas terhadap nilai tukar adalah: (i) selisih logaritma PDB Indonesia dan Amerika sebesar – 0,814, (ii) selisih logaritma WPI Indonesia dan Amerika sebesar 0,436, (iii) selisih logaritma suku bunga Indonesia dan Amerika sebesar – 0,009 dan (iv) nilai tukar satu bulan sebelumnya sebesar 0,765.

3. Pengaruh nilai tukar pada harga pada first round effect - yaitu dari nilai tukar ke harga

impor - relatif kuat dan signifikan, namun pada second round effect-nya ke harga konsumen

lebih terbatas. Pengaruh nilai tukar ke ekspor dan impor hanya signifikan di jangka pendek

dengan pengaruh yang lebih signifikan ke impor. Ekspor dan impor selanjutnya berpengaruh

terhadap output perekonomian. Selain itu dampak asimetrik nilai tukar juga terjadi di dalam

perekonomian. Dampak depresiasi nilai tukar lebih besar dibandingkan dampak apresiasi

terutama dampak langsung terhadap ekspor dan impor. Perbedaan ini menimbulkan

akumulasi dampak terhadap perekonomian yang berbeda.



3.2 Saran

Adapun saran yang dikemukakan disini mungkin dapat bermanfaat untuk masyarakat, yaitu:

Dengan elastisitas perbedaan tingkat suku bunga Indonesia dan Amerika terhadap kurs sebesar -0,9 persen, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter perlu hati-hati dalam meningkatkan BI rate sebagai upaya meredam anjloknya nilai tukar rupiah terhadap US$. Kenaikan BI rate satu persen, hanya mampu menguatkan nilai tukar rupiah (apresiasi) sekitar Rp100. Kenaikan suku bunga sebaiknya lebih difokuskan untuk meredam inflasi.



Lampiran:
http://mashidayat.files.wordpress.com/2007/12/02-faktor-yang-mempengaruhi-nilai-tukar-kek-des-2005.pdf

http://dhasanblog.blogspot.com/2011/04/ringkasan-karya-ilmiah.htm



DAFTAR PUSTAKA





2001, Laporan Akhir Studi Pengembangan Indikator Ekonomi Makro

Direktorat Pengembangan Perencanaan Makro, Bappenas

Abimanyu, Yoopi, Ph.D., 2004, Memahami Kurs Valuta Asing, Lembaga

Penerbit FEUI, Jakarta.

Bails, Dale G. & Larry C. Peppers, 1993, Business Fluctuations, Forecasting

Techniques and Apllications, Prentice-Hall, New Jersey

Boediono, 1992, Ekonomi Makro, BPFE UGM Yogyakarta

Dummairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta

Guritno M. & Algifari, 1992, Ekonomi Makro, Penerbit STIE YKPN,

Yogyakarta

Hady, Hamdy, Dr., 2001, Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan

Keuangan Internasional, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ismawan, Indra, 1998, Dimensi Krisis Ekonomi Indonesia, Elek Media

Komputindo

Krugman, Paul R. & Maurice Obstfeld, 1992, Ekonomi Internasional: Teori dan

Kebijakan, Rajawali Pers Jakarta.

Lindert, Peter H. & Charles P, 1995, Ekonomi Internasional, Penerbit Erlangga

Meese & Rogoff (1983), Empirical Exchange Rate Models of the Seventies

Journal of International Economics 14 (1983) 3-24, North Holland

Publishing Company

Romer, David, 1996, Advanced Macro Economics, Mc. Graw-Hill International,

Singapore

Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Alfa Beta, Bandung



NAMA: Dika Permana

NPM: 10208379/3EA06